Calon Mertua : Apa pekerjaanmu wahai anak muda?
Ikhwan : Saya hanya berdagang pak...
Calon Mertua : Berdagang apa?
Ikhwan : Saya tukang sate pak..
Calon Mertua : Tukang sate kok berani melamar anak saya yang sarjana kedokteran!
Ikhwan : Memangnya salah ya pak? saya menikah karena menjalankan Ibadah dan karena saya memang mencintai anak bapak.
Calon Mertua : Tapi, bagaimana mungkin kamu bisa menghidupi masa depan anak saya?!
Ikhwan : Allaah yang memberi rizky pak, saya hanya berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan yang terbaik.
Calon Mertua : Lalu, apa nanti kata keluarga besar kami jika anak saya menikah dengan seorang tukang sate??
Ikhwan : Kekayaan Bukan Tanda Kemuliaan, Kemiskinan Bukan Petunjuk
Kehinaan. Walaupun saat ini saya hanya pedagang sate, setidaknya saya
bisa menghargai hidup ini pak. Ketimbang jadi orang kaya tapi ia lupa
akan hakekat dirinya sebagai manusia dan hamba Allah!
Calon
Mertua : Jujur saja, sebenarnya saya enggan menerima kamu! Namun karena
keyakinan dan sikap optimis kamu akan pandangan masa depan saya cukup
salut, masih ada orang seperti kamu mau bekerja keras. Silahkan jika
kamu memang tulus dan sungguh-sungguh untuk meminang anak kami. Namun
ingat, kamu harus mempertanggung jawabkan setiap perkataan yang keluar
dari lisanmu anak muda.
Ikhwan : Alhamdulillaah, terima kasih
ya Allah! terima kasih pak, saya berjanji saya akan berusaha sebaik
mungkin menjaga anak bapak...
Sabtu, 22 Februari 2014
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar